MADYA FM - Industri perfilman bergenre animasi buatan Indonesia yang akhir-akhir ini viral diperbincangkan masyarakat, menyimpan fakta tersembunyi. Fakta tersebut ialah, Animator dan Project Manager film ini merupakan alumni Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya atau Petra Christian University (PCU), yakni Maximillian Serafino dan Fandy Soegiarto.
Film animasi berjudul 'Jumbo', sebuah karya anak bangsa ini dinobatkan sebagai film animasi Indonesia yang paling laris dan mampu mencuri perhatian semua kalangan usia. Terbukti sejak ditayangkan perdana pada 31 Maret 2025 lalu, menilik dalam akun Instagram resmi @jumbofilm_id, film ini telah berhasil meraih lebih dari jutaan penonton.
Dua dari kretaor film Jumbo merupakan Petranesian, yaitu sebutan bagi keluarga besar Petra Christian University Surabaya. Yaitu Maximillian Serafino Suprapto yang tergabung dalam tim Ayena Studio, Bandung, dan Fandy Soegiarto yang berperan sebagai Project Manager di bawah naungan Caravan Studio, Jakarta.
Alumni PCU, Maximillian
Serafino Suprapto
Max, begitu sapaan akrab alumni International Program in Digital Media (IPDM) angkatan 2020 PCU dari nama panjang Maximillian Serafino Suprapto. Dalam keterangannya,Max menyampaikan, pihaknya sangat bersyukur dan senang bisa berkesempatan berkontribusi dalam film animasi 'Jumbo'.
“Senang sekali bisa ikut terlibat menjadi salah satu animator film Jumbo, yang bahkan mendapat sambutan hangat di masyarakat," jelas Max, Selasa (22/4/2025).
Diketahui, pemuda kelahiran Surabaya ini berkesempatan membuat karya animasi itu saat ia berada di tempat magangnya. Kala itu ia masih menjadi mahasiswa IPDM PCU. Berada di bawah bimbingan Ayena Studio yang berlokasi di Bandung, Max mendapat tugas dalam proses Blocking, Animating serta beberapa kali berkesempatan masuk ke proses Clean-up.
Max menerangkan, pada dasarnya proses animasi film Jumbo ini harus melalui empat tahapan, yaitu Layouting, Blocking, Animating, dan terakhir Clean-up. Pada tahap awal, yakni Layouting, animator harus mengatur penempatan set environment serta karakter sesuai storyboard.
Sedangkan di tahap Blocking, animator mulai fokus ke karakternya. Dalam proses ini, animator menentukan dan mengatur posisi karakter sesuai waktu yang pas, untuk menyampaikan cerita dengan jelas.
“Sederhananya mencari gerakan karakter (body mechanic) yang realistis dan meyakinkan hingga terasa sangat nyata. Dalam tahapan ini gerakannya masih patah-patah,” terang Max.
Setelah lolos tahap Blocking, Max bertugas memoles kembali gerakan yang patah-patah tersebut menjadi lebih mulus dan smooth. Sebuah proses yang cukup penting dengan tak lupa mengingat prinsip animasinya.
Lanjut ke tahap Clean-Up, dengan ketelitian tinggi, Max harus menyempurnakan animasi yang dibuatnya itu dengan melakukan penambahan animasi pada rambut, aksesoris, dan hal-hal detail lainnya. Selanjutnya, hasil animasi akan berlanjut ke proses LRC (Lighting, Rendering, dan Compositing), hingga akhirnya bisa digunakan dalam animasi final.
Selama 4 bulan mengerjakan bagiannya, lika-liku dan tantangan tak bisa dihindari oleh Max. “Mengikuti standar animasi serta memiliki kecepatan untuk memenuhi target mingguan inilah yang menjadi tantangan. Sebab kemampuan animasi 3D saya masih belum terlalu banyak saat itu, jadi butuh kerja lebih extra,” kata pemuda yang telah resmi lulus dari IPDM PCU pada bulan September 2024 lalu.
Sementara itu, Chief Executive Officer dari Ayena Studio Bandung Robby UL Pratama, membenarkan bahwa Max menjadi salah satu tim Animator yang mengerjakan proyek film berdurasi 102 menit itu.
“Max merupakan salah satu tim kami saat mengerjakan project film Jumbo. Dia sangat cepat belajar dan mampu beradaptasi. Kemampuan itu membuat Max bisa menyesuaikan kualitas karya animasinya dengan yang diinginkan klien, terutama di film Jumbo ini yang memiliki kualitas cukup tinggi,” pesan Robby.
Keberhasilan film Jumbo menjadi bukti kualitas animasi Indonesia yang kompetitif di pasar global, sekaligus memberi harapan bagi animator muda di tengah anggapan kondisi industri animasi yang mengkhawatirkan akibat kecerdasan buatan.
Alumni PCU, Fandy Soegiarto
Selain Max, ada juga Petranesian alumni dari Desain Komunikasi Visual (DKV) PCU yang ikut terlibat dalam pembuatan film Jumbo ini. Ia bernama Fandy Soegiarto yang menjadi Project Manager, khususnya dalam bagian visual development bersama tim lainnya di Caravan Studio yang berlokasi di Jakarta Barat.
Senada dengan Max, laki-laki yang bekerja di Caravan Studio sejak tahun 2020 hingga sekarang itu mengaku sangat bahagia bisa terlibat dalam kreasi film 'Jumbo'.
“Puji syukur, rasanya bangga. Saat hasil kerja keras selama ini akhirnya benar-benar bisa direalisasikan di bioskop untuk dinikmati semua penonton. Terlebih lagi, karya ini mendapat respons yang antusias dari masyarakat, khususnya penggiat seni dan desain dalam industri ilustrasi, animasi, dan film,” kata alumni DKV PCU angkatan 2006 itu.
Fandy bercerita, pada akhir tahun 2020 Caravan Studio menerima project dari Visinema, rumah produksi film Jumbo. Tim Fandy di Caravan Studio dipercaya menggarap semua desain visual sebagai guide yang akan membentuk dunia di film Jumbo, mulai dari character design, keyarts, logo design, set, dan props design.Proses yang panjang, akhirnya project ini dapat selesai pada awal tahun 2023.
“Saya bertanggung jawab sebagai koordinator project yang sekaligus membantu dalam mendesain bersama tim, dan memastikan untuk menyelesaikan seluruh artwork yang diperlukan dengan baik,” tambah laki-laki yang lulus dari DKV PCU pada tahun 2010 silam.
Fandy yang kini tinggal di Jakarta itu menitipkan pesan bagi anak muda yang ingin berkecimpung dalam dunia animasi supaya tetap semangat mengejar impian demi masa depan.
“Teruslah berkarya dan cintailah apa yang dilakukan.
Jangan patah semangat untuk menciptakan dunia yang menginspirasi dengan karya
tangan kita,” tutupnya.(kominfo jatim)