MADYA FM - Pemkab Bojonegoro resmi meluncurkan adopsi teknologi konversi sumber energi mesin pompa air dari tenaga diesel ke tenaga listrik di Desa Kanten, Kecamatan Trucuk oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan menjadi tonggak penting dalam transformasi pertanian berkelanjutan di wilayah ini.
Terobosan ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemkab
Bojonegoro dan PT PLN (Persero), yang turut berperan dalam penyediaan jaringan
listrik langsung ke area persawahan. Teknologi tepat guna ini dirancang untuk
memperkuat ketahanan pangan daerah, khususnya dalam meningkatkan produktivitas
komoditas padi.
Bupati Setyo Wahono menegaskan bahwa gagasan konversi ini
lahir dari mendengarkan langsung keluhan petani mengenai keterbatasan solar dan
tingginya biaya operasional. Bupati Wahono optimistis konversi ini akan membawa
efisiensi besar bagi petani dan menumbuhkan kembali minat generasi muda untuk
turun ke sektor pertanian.
“Kami coba komunikasikan dan Alhamdulillah bisa. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Manager PLN UP3 Bojonegoro yang sudah memberikan
fasilitas kepada petani untuk mengambil listrik di tengah sawah. Ini angin
segar bagi kami,” ujar seperti dalam siaran tertulisnya Pemkab Bojonegoro,
Kamis (24/4/2025).
“Dengan beralihnya BBM (sebagai sumber energi)
diesel ke listrik ini, tentu ada penurunan biaya. Sehingga petani Bojonegoro
akan makin memperoleh keuntungan besar. Dengan teknologi energi yang murah ini
mampu membangkitkan kembali generasi muda untuk menjadi petani
Plt Kepala DKPP Bojonegoro, Zainal Fanani, menambahkan
bahwa program ini menjadi bagian dari Quick Win Pilar Tiga, yaitu ketersediaan
air bersih dan air persawahan. Dari total 143 unit pompa air di 110 desa yang
tersebar di 13 kecamatan, 100 unit telah dikonversi ke tenaga listrik.
"Konversi pompa air dari BBM ke listrik menggunakan
spesifikasi yaitu instalasi listrik sebesar 13.200 watt, dinamo 7.500 watt dan
pipa air sebesar 6 dim. Dengan konversi tersebut mampu mengairi lahan
persawahan seluas 20 hektar, di mana rata-rata produktivitasnya 10 ton per
hektar dan menghasilkan sekitar Rp 1,3 miliar per musimnya,” jelas Zainal. (kominfo
jatim)